Umsida Bantu Kematangan Emosi pada 48 Ibu Muda

Psikologi.umisda.ac.id – Persalinan pertama adalah salah satu momen paling mendebarkan dalam kehidupan seorang wanita. Bagi ibu muda, khususnya yang berada dalam rentang usia 17-21 tahun, pengalaman ini tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi juga kecemasan yang luar biasa. Kondisi emosional dan mental ibu saat menjelang persalinan pertama kali memainkan peran penting dalam kesehatan mereka dan bayi yang akan dilahirkan.

Sebuah penelitian terbaru dari Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menyoroti hubungan antara kematangan emosi dan tingkat kecemasan pada ibu muda yang menghadapi persalinan pertama mereka.

Baca juga: Pentingnya Rehabilitasi Menjaga Kesehatan dan Kesejahteraan Akademik Mahasiswa

Mengapa Kematangan Emosi Penting?

Kehamilan dan persalinan adalah proses alami yang penuh tantangan, terutama bagi wanita muda yang mungkin belum sepenuhnya matang secara emosional.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Effy Wardati M S Psi dan Yeni, dikaji secara mendalam bagaimana kematangan emosi mempengaruhi tingkat kecemasan saat persalinan pertama kali.

Menurut penelitian ini, kematangan emosi merupakan kondisi di mana seorang individu mampu mengendalikan emosi dan memberikan respon yang tepat terhadap situasi yang menegangkan.

Kematangan emosi bukan hanya tentang menahan tangis atau menjaga ketenangan. Ini adalah tentang bagaimana seseorang mampu memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosinya secara tepat, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan seperti persalinan pertama. Ibu yang matang secara emosional diharapkan mampu mengatasi rasa takut, kecemasan, dan stres yang sering kali muncul menjelang kelahiran.

Kecemasan Menjelang Persalinan: Realita yang Tidak Bisa Diabaikan
Sumber: Pixels

Bagi sebagian besar wanita, kecemasan menjelang persalinan adalah hal yang wajar. Namun, kecemasan ini bisa menjadi masalah serius jika tidak dikelola dengan baik. Kecemasan berlebihan dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental ibu, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada proses persalinan dan kesehatan bayi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan saat persalinan pertama seringkali dipicu oleh ketakutan akan rasa sakit, kekhawatiran tentang keselamatan bayi, dan ketidakpastian tentang proses persalinan itu sendiri.

Dalam konteks ini, kecemasan tidak hanya muncul dari diri ibu itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti cerita horor dari pengalaman orang lain, kurangnya informasi yang akurat, dan minimnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Sebagai contoh, banyak ibu muda yang mengaku mengalami kecemasan karena mendengar cerita-cerita menakutkan tentang persalinan dari orang lain. Hal ini dapat diperparah oleh kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, yang membuat ibu merasa tidak siap secara mental dan emosional.

Hasil Penelitian: Tidak Ada Hubungan Signifikan

Dalam penelitian yang melibatkan 48 ibu muda di Kecamatan Candi, Sidoarjo, ditemukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kematangan emosi dan tingkat kecemasan saat persalinan pertama.

Hasil ini mengejutkan, mengingat banyaknya literatur yang mengaitkan kematangan emosi dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi stres.

Berdasarkan analisis korelasi produk momen, koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan bahwa hubungan antara kematangan emosi dan kecemasan tidak signifikan.

Artinya, ibu muda yang lebih matang secara emosional tidak selalu mengalami kecemasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang kurang matang secara emosional.

Namun, ini bukan berarti kematangan emosi tidak penting. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa faktor lain seperti dukungan keluarga, khususnya dari suami, serta pengetahuan yang cukup tentang kehamilan dan persalinan, memainkan peran yang sangat besar dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu muda.

Sebagai contoh, ibu yang mendapat dukungan penuh dari suami dan memiliki akses ke informasi yang baik cenderung merasa lebih tenang dan siap menghadapi persalinan.

Dukungan Keluarga: Kunci Mengurangi Kecemasan

Dari hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, dukungan keluarga, terutama dari suami, disebut-sebut sebagai faktor kunci yang membantu ibu mengatasi kecemasan mereka.

Dukungan emosional, seperti kata-kata penguatan, bantuan dalam bernapas dengan benar saat kontraksi, hingga tindakan fisik seperti memijat punggung atau menyeka keringat, dapat membuat ibu merasa lebih nyaman dan aman selama proses persalinan.

Menurut penelitian ini, suami dan anggota keluarga lainnya yang hadir dan memberikan dukungan secara aktif mampu menciptakan lingkungan yang positif bagi ibu yang sedang bersalin. Ini tidak hanya membantu ibu mengurangi rasa takut dan cemas, tetapi juga memastikan bahwa proses persalinan berjalan lebih lancar dan aman.

Baca juga: Puncak Kegiatan Edufair 2024: Kompetisi yang Membangun Generasi Emas

Kematangan Emosi dan Kecemasan, Bukan Faktor Tunggal
Sumber: Pixels

Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa kematangan emosi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecemasan saat persalinan pertama, namun hal ini tidak mengurangi pentingnya kematangan emosi dalam konteks yang lebih luas.

Kematangan emosi tetap penting dalam membantu ibu muda menghadapi berbagai tantangan lain selama kehamilan dan menjadi orang tua.

Namun, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya dukungan keluarga dan akses terhadap informasi yang akurat sebagai faktor utama dalam mengurangi kecemasan menjelang persalinan. Dengan kombinasi antara kematangan emosi, dukungan keluarga, dan pengetahuan yang cukup, ibu muda dapat merasa lebih siap dan tenang menghadapi persalinan pertama mereka.

Dalam konteks ini, penting bagi penyedia layanan kesehatan, keluarga, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam memberikan dukungan yang dibutuhkan ibu muda, sehingga mereka dapat menjalani proses persalinan dengan lebih baik dan memastikan kesehatan mereka dan bayi yang dilahirkan tetap terjaga.

Sumber: Kematangan Emosi dan Tingkat Kecemasan Persalinan Pertama Usia 17-21 Tahun di Kecamatan Candi Sidoarjo

Penulis: Aisyah Windy