psikologi.umsida.ac.id – Dalam dunia pendidikan, kebosanan akademik sering menjadi salah satu masalah yang menghambat proses pembelajaran. Meskipun tampak sederhana, fenomena ini memiliki dampak signifikan terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi kebosanan akademik, salah satunya adalah self-efficacy. Artikel ini merangkum temuan dari studi meta-analisis yang mengungkap hubungan antara kebosanan akademik dan self-efficacy serta implikasi dari hasil penelitian tersebut terhadap pengajaran dan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
Dampak Kebosanan Akademik dan Peran Self-Efficacy dalam Pembelajaran
Kebosanan akademik merujuk pada perasaan jenuh yang dialami oleh siswa ketika mereka merasa kurang tertantang atau terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Kebosanan ini dapat menyebabkan penurunan motivasi, konsentrasi, dan akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan siswa dengan prestasi rendah, tetapi juga dapat dirasakan oleh siswa yang sebelumnya menunjukkan kinerja yang baik.
Self-efficacy, atau keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya untuk berhasil dalam tugas-tugas tertentu, menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam mengatasi kebosanan akademik. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi cenderung lebih mampu mengatasi rasa bosan dan beradaptasi dengan tantangan pembelajaran yang mereka hadapi. Sebaliknya, siswa dengan self-efficacy rendah lebih rentan terhadap kebosanan akademik dan kesulitan dalam menjaga fokus dan motivasi.
Menurut Ghozali Rusyid Affandi SPsi MA salah satu dosen di Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, “self-efficacy memainkan peran penting dalam mempengaruhi bagaimana siswa merespons tantangan dan kebosanan dalam pembelajaran. Dengan meningkatkan keyakinan diri mereka, kita dapat membantu siswa mengatasi rasa bosan dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan akademik.”
Temuan Meta-Analisis: Hubungan Antara Self-Efficacy dan Kebosanan Akademik
Studi meta-analisis yang dilakukan oleh sejumlah peneliti mengungkapkan bahwa terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dan kebosanan akademik. Artinya, semakin tinggi tingkat self-efficacy siswa, semakin rendah kecenderungannya untuk merasa bosan selama proses belajar. Meta-analisis ini melibatkan data dari berbagai penelitian yang telah dilakukan pada berbagai tingkat pendidikan, termasuk sekolah dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-efficacy tidak hanya berkaitan dengan kinerja akademik, tetapi juga dengan pengalaman emosional siswa, termasuk rasa bosan. Siswa dengan tingkat self-efficacy yang tinggi cenderung merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas yang menantang, sehingga mereka dapat tetap termotivasi meskipun menghadapi materi yang sulit atau kurang menarik.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti dukungan sosial, pengalaman positif dalam pembelajaran sebelumnya, serta keterampilan pengelolaan stres berperan penting dalam meningkatkan self-efficacy siswa. Oleh karena itu, untuk mengurangi kebosanan akademik, penting bagi pendidik untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan self-efficacy siswa.
Implikasi Hasil Penelitian untuk Strategi Pengajaran dan Peningkatan Self-Efficacy Siswa
Berdasarkan temuan penelitian ini, ada beberapa implikasi penting untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Pertama, penting bagi pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan menantang bagi siswa. Dengan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa dan memberi mereka kesempatan untuk meraih keberhasilan, pendidik dapat meningkatkan tingkat self-efficacy siswa dan mengurangi kebosanan akademik.
Selain itu, pendidik perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan self-efficacy siswa, seperti memberikan umpan balik yang positif dan membangun hubungan yang suportif antara guru dan siswa. Dalam hal ini, pendidik juga dapat melibatkan siswa dalam penentuan tujuan pembelajaran dan memberikan mereka otonomi dalam cara mereka menyelesaikan tugas.
Ghozali Rusyid Affandi S.Psi., M.A menambahkan, “Pendidikan yang memfasilitasi pengembangan self-efficacy akan menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif dan mengurangi perasaan kebosanan di kalangan siswa. Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan dapat menghadapi tantangan akademik dengan lebih percaya diri.”
Selain itu, strategi pembelajaran yang berbasis pada pengembangan self-efficacy juga dapat diterapkan dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran berbasis proyek, tugas-tugas yang menantang, serta memperkenalkan mereka pada pengalaman pembelajaran yang lebih dinamis dan aplikatif.
Secara keseluruhan, hubungan antara self-efficacy dan kebosanan akademik menunjukkan pentingnya pengembangan keyakinan diri siswa dalam menghadapi tantangan pembelajaran. Dengan meningkatkan self-efficacy siswa, kita dapat membantu mereka mengatasi rasa bosan, meningkatkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran, dan pada akhirnya, memperbaiki hasil akademik mereka.
Penulis: Mutafarida