BG Test

BG Test Riset Dosen Psikologi Umsida Terbukti Valid Ukur Kesiapan Anak Masuk SD

psikologi.umsida.ac.id — Dosen Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Ghozali Rusyid Affandi SPsi MA dan Lely Ika Mariyati MPsi Psikolog melakukan penelitian tentang validitas Bender-Gestalt Test (BG Test) sebagai alat ukur kesiapan anak masuk sekolah dasar (SD).

Uji Validitas Tes untuk Ukur Kesiapan Sekolah Anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tes BG dapat dijadikan alternatif pengukuran kesiapan sekolah, dibandingkan dengan tes standar yang selama ini digunakan, yaitu Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST).

Studi ini melibatkan 397 anak dari tiga wilayah di Jawa Timur—Sidoarjo, Bangkalan, dan Probolinggo—yang menjalani kedua jenis tes tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif sebesar r = 0,337 (p < 0,01) antara tes BG dan NST, menandakan bahwa tes BG memiliki validitas konkuren yang baik dan dapat digunakan untuk mendeteksi kesiapan anak masuk sekolah dasar.

Lihat Juga: Psikoedukasi dan Pelatihan di Panti Asuhan ‘Aisyiyah Sidoarjo untuk Meningkatkan Pemahaman Pengasuh

Menurut Ghozali, uji validitas ini dilakukan karena selama ini NST menjadi alat utama dalam asesmen kesiapan sekolah, sedangkan BG jarang digunakan untuk tujuan tersebut.

“Tes Bender-Gestalt umumnya dipakai untuk menilai fungsi visual-motor dan mendeteksi gangguan neurologis. Namun penelitian ini membuktikan bahwa tes tersebut juga efektif dalam menilai kesiapan akademik anak,” jelasnya.

Penelitian ini menjadi langkah penting dalam memperluas pilihan alat asesmen bagi para psikolog pendidikan di Indonesia. Dengan hasil validitas yang signifikan, BG Test dapat menjadi alternatif tes yang lebih praktis, cepat, dan efisien dibandingkan NST, tanpa mengurangi ketepatan hasil ukur.

Membandingkan Dua Tes Populer: NST dan Bender-Gestalt

Dalam dunia psikologi pendidikan, NST dikenal sebagai alat ukur kesiapan sekolah yang komprehensif. Tes ini mengukur berbagai aspek seperti kognitif, motorik halus dan kasar, sosial, serta emosional anak.

Sedangkan Bender-Gestalt Test (BG) merupakan tes non-verbal yang mengukur kemampuan integrasi visual-motorik, di mana anak diminta meniru sembilan pola gambar geometris sederhana yang disusun berdasarkan urutan tertentu.

Hasil riset menunjukkan bahwa 71% anak dinyatakan siap bersekolah berdasarkan NST, sementara 68% anak dinyatakan siap berdasarkan BG Test. Selain itu, 16% anak dikategorikan sangat siap dalam kedua tes, sementara sekitar 13–16% anak masih membutuhkan pendampingan sebelum memulai pendidikan dasar.

Perbedaan kecil dalam persentase hasil tersebut menunjukkan bahwa BG Test dan NST mengukur aspek kesiapan sekolah yang serupa, terutama dalam hal kemampuan visual-motorik, konsentrasi, dan kematangan kognitif.

“Kedua tes sama-sama mampu menggambarkan kesiapan anak, hanya saja BG Test memiliki waktu administrasi yang lebih singkat dan bentuk soal yang lebih sederhana,” terang Lely.

NST terdiri dari 10 sub-tes yang kompleks, mulai dari pengamatan bentuk, kemampuan membedakan ukuran, hingga penilaian sosial dan memori.

Sebaliknya, BG Test lebih menitikberatkan pada koordinasi mata dan tangan, persepsi visual, serta kemampuan meniru bentuk dengan presisi.

Dari hasil korelasi positif antar dua tes, para peneliti menyimpulkan bahwa BG Test dapat digunakan sebagai alat ukur alternatif untuk anak usia 6–7 tahun, khususnya di lingkungan pendidikan dasar yang membutuhkan proses asesmen cepat dan efisien.

Implikasi untuk Psikolog dan Guru di Indonesia

Penelitian ini memberikan kontribusi praktis bagi psikolog pendidikan dan guru sekolah dasar dalam melakukan asesmen kesiapan anak masuk SD.

Selama ini, tes NST menjadi rujukan utama, tetapi pelaksanaannya membutuhkan waktu lama dan tenaga ahli khusus. Dengan ditemukannya validitas konkuren yang baik antara BG dan NST, BG Test dapat menjadi solusi asesmen yang lebih efisien namun tetap akurat.

Dari sisi praktis, tes BG memiliki keunggulan dalam kemudahan administrasi, durasi lebih singkat, tidak memerlukan banyak alat bantu, dan dapat dilakukan dalam lingkungan yang sederhana. Tes ini juga cocok digunakan oleh psikolog di lembaga pendidikan dengan sumber daya terbatas.

Lihat Juga: Sense of Community Tingkatkan Kesejahteraan Mahasiswa Umsida

“Kami berharap hasil riset ini bisa membantu para praktisi memilih alat tes yang sesuai dengan kebutuhan lapangan tanpa mengurangi kualitas hasil asesmen,” kata Ghozali.

Penelitian ini juga menegaskan pentingnya deteksi dini kesiapan sekolah agar anak tidak mengalami hambatan belajar di tahun-tahun awal pendidikan. Anak yang belum siap secara kognitif, sosial, maupun emosional berisiko mengalami stres akademik dan kesulitan adaptasi.

Oleh karena itu, hasil penelitian ini menjadi rekomendasi bagi lembaga pendidikan dasar untuk melibatkan psikolog sekolah dalam proses penerimaan siswa baru, menggunakan alat ukur valid seperti BG Test dan NST secara terpadu.

Selain relevan bagi praktisi psikologi pendidikan, penelitian ini juga membuka peluang untuk pengembangan psikometri lanjutan terhadap BG Test di Indonesia, agar dapat disesuaikan dengan konteks budaya dan karakteristik anak Indonesia.

Penulis: Mutafarida