Studi Budaya Part 3: Perjalanan Akhir untuk Kesehatan Mental, Kualitas Hidup, dan Spiritualitas yang Lebih Baik
Studi Budaya part 3 yang berlokasi di gunung Bromo ini merupakan part akhir dari rangkaian program studi budaya dalam rangka menyambut kunjungan dari University Malaya Malasyia. Setelah sebelumnya sukses menyuguhkan pesona budaya yang masih sarat nilai sejarahnya di part 1 dan part 2, untuk studi budaya part 3 ini sengaja dipilih kawasan wisata gunung bromo sebagai manifestasi atas tema “Kesehatan mental dan kualitas hidup”. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nibras Ali Ginanjar S.Psi, admin Prodi Psikologi Umsida yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini, bahwa pemilihan gunung Bromo sebagai tempat kegiatan Studi Budaya 3 sesuai dengan tema, yakni pemeliharaan kesehatan mental dalam upaya menuju kualitas hidup yang lebih baik.
“Kesehatan mental itu memainkan peranan penting dalam kehidupan pelajar, dan perlu diintegrasikan dengan sekitar lingkungan pembelajaran. Penelitian terkini menunjukan bahwa pembelajaran dengan alam dapat meningkatkan fokus, membuat fresh, dan dapat menenangkan pikiran serta banyak manfaat kepada otak” terang Mas Koko, sapaan akrab beliau.
Menurut Mas Koko, pemilihan gunung Bromo sebagai tujuan utama dalam studi budaya part 3 ini juga sebagai tantangan untuk menguji kekuatan fisik. Karena dengan mendaki 250 anak tangga di kawasan Bromo, tentu membutuhkan kekuatan fisik yang mumpuni. Dan pasti, tiap peserta akan berusaha bersungguh-sungguh naik ke pinggir kawah untuk melihat sendiri keadaan gunung Bromo secara langsung di depan mata.
“Analoginya, seperti dalam kehidupan. Jika kita inginkan sesuatu, maka kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Meskipun banyak cobaan dan halangan, semua itu hendaknya dihadapi dengan tekun” ujar Mas Admin yang konon punya banyak fans mahasiswi psikologi ini.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 7-8 Agustus 2022 ini melibatkan 2 mahasiswa Psikologi Umsida (Ahnaf dan Amay), 7 mahasiswa university Malaya (Abang Syahrul, Abang Chan, Puan Musleah, Puan Faizah, kak Muna, kak Fatin, dan kak Yougi), serta 1 perwakilan dari Prodi Psikologi Umsida (Mas Nibras).
Lebih detailnya, setiba di Probolinggo pada pukul 20.00 (7 agustus 2022), rombongan studi budaya melanjutkan perjalanan menuju ke rumah tour guide. Hingga saat pukul 23.00 sesampainya di sana rombongan mendapat fasilitas 1 home stay untuk beristirahat, karena perjalanan untuk naik ke gunung Bromo akan di lakukan pukul 2 dini hari.
Pada pukul 03.00 para peserta sudah bersiap berangkat ke bukit Kingkong yang akan menjadi destinasi pertama dengan menggunakan 2 Jeep. Disana peserta beristirahat di sebuah warung untuk menghangatkan diri dengan membeli minuman dan camilan panas. Setelah pukul 5 pagi para peserta diajak untuk mendaki bukit sehingga peserta dapat melihat sunrise dan pemandangan gunung Bromo dan Semeru secara jelas dari atas bukit Kingkong.
Setelah puas bersua foto dan menikmati pemandangan di bukit Kingkong, akhirnya para peserta kembali naik Jeep untuk melanjutkan perjalanan ke bukit Widodaren, yang letaknya berada tidak jauh dari kawah Bromo. Setelah itu para peserta berfoto ria di sekeliling bukit Widodaren, disela-sela itu pihak tour guide mengajak diskusi untuk akses naik ke kawah Bromo, setelah berdiskusi akhirnya para peserta kembali melanjutkan perjalanan ke kawah Bromo.
Berdasarkan hasil diskusi para peserta dan tour guide, para mahasiswa Malaya naik ke kawah Bromo dengan menggunakan kuda untuk mengurangi rasa lelah. Sedangkan pihak Umsida dan yang lainnya menunggu di warung dekat parkiran mobil Jeep para pengunjung Bromo. selepas mahasiswa Malaya kembali dari kawah Bromo, perjalanan dilanjutkan ke bukit Teletubbies yang menjadi destinasi terakhir tour dan studi budaya 3 di gunung Bromo. Selepas mengambil beberapa foto bersama, rombongan kembali ke penginapan dengan menggunakan Jeep. sesampainya di penginapan para peserta studi budaya beristirahat sejenak dan mempersiapkan diri untuk kembali ke Sidoarjo.
Dalam rangkaian kegiatan yang panjang tersebut, Mas Koko menerangkan bahwa, tiada hambatan yang berarti dari proses persiapan hingga pelaksanaan kegiatan. Justru dengan berlangsungnya kegiatan ini, para rombongan mendapatkan insight baru yang bermakna bagi kehidupan. Utamanya, manakala pertama kali menunggang kuda.
“Meskipun ada rasa takut saat naik kuda dalam perjalanan ke gunung Bromo, namun keyakinan terhadap ilmu yang dimiliki oleh orang lain (pemilik kuda) menjadikan aktivitas ini menyenangkan. Hikmahnya, dengarlah nasihat dari orang yang berpengalaman, lebih-lebih lagi dalam mengurus urusan” jelas beliau, nampak menggambarkan saat para mahasiswa Universitas Malaya belajar menaiki kuda untuk pertama kalinya.
Adapun kesan yang didapatkan para peserta, selain mendapatkan kesempatan untuk me-refresh kesehatan mental, mereka juga dapat mempelajari budaya di sekitar lokasi gunung Bromo.
“Tentu, sangat gembira dan berkesan. Salah satunya ketika mengetahui cerita budaya suku Tengger yang ada di Bromo, yang masih kental akan tradisi upacara adat yaitu persembahan kepada sang Hyang Widhi yang di lakukan di kaki gunung Bromo. Meskipun tidak melihat secara langsung upacara adat yang dilakukan namun para peserta tetap gembira dan antusias mendengarkan penjelasan tour guide saat berada di tiap destinasi yang menjadi tempat-temat sakral yang ada di kawasan Bromo” ungkap beliau mengenang pengalaman manis itu.
Ketika ditanya perihal pengalaman unik sewaktu memanjakan mata di Bromo, Mas Koko pun memaparkan 4 penggal paragraf jawaban yang amat puitis:
“Terdapat bunyi desiran dari dalam kawah Gunung Bromo, yang seolah-olah memberi peringatan kepada manusia bahwa hari pengakhiran itu pasti. Bunyinya seperti memberi tahu, bahwa api neraka itu lebih dahsyat. Tangan menggigil dan kaki seolah terpaku tidak boleh berjalan. Hanya mengenangkan; apakah nasib diri sendiri sekiranya pada waktu itu, letusan berlaku?
Memahami perbedaan kepercayaan menjadikan kita manusia yang saling hormat menghormati antara satu sama lain. Perkara ini menunjukkan sepanjang kehidupan kita wajib belajar. Mungkin bukan untuk hari ini, tetapi untuk kita hadapi perkara masa depan.
Kekuasaan Allah SWT itu tiada batasnya kerana mencipta bunga abadi. Meskipun sudah terpisah daripada batangnya, masih teguh berdiri dan tidak mati. Hebatnya Allah dalam membuktikan kekuasaannya pada setiap ciptaannya. Masihkah kita tidak bersyukur dengan nikmat karunianya?
Meskipun suhu tersangat sejuk, ibadah tetap diteruskan. Sudah tidak ingat bila kali terakhir bertayamum. Maka, pada waktu ini, kita bertayamum. Di mana pun kita berada, jangan sekali-kali lupa pada Allah yang Esa” pungkas beliau sembari bermetafora ria.
Oleh : Zaidan A.R