lagu

Lagu Sedih sebagai Teman Emosional Jadi Pelukan Tanpa Kata

psikologi.umsida.ac.id — Ketika hati sedang tidak baik-baik saja, musik sering kali menjadi pelarian pertama. Tapi menariknya, bukan lagu-lagu ceria atau motivasional yang diputar. Justru lagu sedih, penuh lirik pilu dan nada melankolis, yang menemani malam-malam panjang atau hujan yang turun bersama air mata. Fenomena ini mungkin terasa janggal pada awalnya mengapa saat merasa rapuh, manusia malah memilih untuk tenggelam lebih dalam dalam kesedihan lewat musik.

Dalam kondisi emosional yang tidak stabil, seperti setelah mengalami patah hati atau tekanan batin, banyak orang justru memilih untuk memutar lagu-lagu sedih dibandingkan yang bersifat menyemangati.

Secara biologis, tubuh juga merespons musik sedih dengan menghasilkan prolaktin, hormon yang berkaitan dengan perasaan tenang dan nyaman. Meskipun prolaktin biasanya dilepaskan saat tubuh mengalami stres atau menangis, musik emosional juga dapat memicu respons serupa tanpa perlu mengalami kejadian nyata yang menyakitkan. Inilah sebabnya mengapa lagu sedih sering dianggap sebagai media penghiburan emosional yang efektif.

Musik dan Emosi: Ketika Nada Menyentuh Jiwa

lagu

Musik adalah bahasa emosional yang tidak membutuhkan kata-kata. Ketika kita mendengarkan lagu, terutama yang lirik dan melodinya menyentuh, otak kita memberikan respons yang kompleks. Bagian otak seperti amigdala (pengatur emosi) dan hippocampus (pengatur ingatan) ikut terlibat aktif. Musik tidak hanya terdengar, tapi juga dirasakan.

Musik sedih juga terbukti bisa memicu pelepasan prolaktin hormon yang justru membantu menenangkan tubuh. Maka tidak heran jika lagu mellow malah bikin kita merasa tenang, meski sedih.

Katarsis: Musik Sebagai Saluran Pelepas Emosi

lagu

Dalam psikologi, dikenal istilah katarsis, yaitu proses pelepasan emosi yang tersimpan melalui media tertentu, salah satunya adalah musik. Lagu sedih berfungsi sebagai wadah yang aman untuk menyalurkan perasaan sedih, kecewa, atau kehilangan, terutama ketika perasaan tersebut sulit diungkapkan secara verbal.

Misalnya, saat kamu sedang ditinggal seseorang yang kamu cintai, dan kamu memutar lagu “Tetap Dalam Jiwa” dari Isyana Sarasvati. Liriknya terasa pas, melodinya menyayat, dan kamu menangis tanpa harus menjelaskan ke siapa pun. Itu adalah bentuk katarsis yang sangat sehat.

Bahkan menangis karena musik telah terbukti bisa membantu tubuh melepaskan ketegangan. Dalam tangis itu, ada pelepasan hormon stres seperti kortisol, dan tubuh kita akan merasa lebih ringan setelahnya. Musik sedih juga membuka ruang refleksi.

Lagu Sedih: Membuat Kita Merasa Tidak Sendiri

lagu

Hal yang paling menenangkan dari mendengarkan lagu sedih adalah perasaan bahwa kita tidak sendirian. Ternyata, ada orang lain yang pernah merasa seburuk ini, dan mereka menuangkannya dalam musik. Itu memberi rasa solidaritas emosional, bahkan jika kita tidak mengenal penciptanya.

Musik menyatukan perasaan manusia. Ketika kamu memutar musik yang bertema patah hati dan melihat komentar YouTube atau Spotify berisi kisah-kisah pribadi dari orang-orang lain, kamu sadar bahwa kesedihan adalah bagian dari kehidupan banyak orang. Kamu merasa dipahami, tanpa harus menceritakan apa pun.

Inilah asyiknya belajar psikologi, kita tidak hanya belajar teori, tapi juga bisa melihat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti saat galau dan memilih musik yang mellow sebagai ‘teman’. Psikologi ngajarin kita bahwa segala sesuatu yang kita rasakan dan lakukan punya alasan. Kenapa kita butuh didengar, kenapa musik bisa menenangkan, kenapa menangis itu nggak salah. Lewat psikologi, kita belajar mengenali emosi, memahami pola pikir, dan lebih peka terhadap pengalaman orang lain.

 

Penulis : Nuris Shofa Usai Fani

Editor: Mutafarida