Mindfulness Digital

Mahasiswa FPIP Umsida Juara Lomba Video HIMPSI 2025 Lewat Karya Edukasi Mindfulness Digital

psikologi.umsida.ac.id — Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali mengukir prestasi di tingkat nasional.

Tiga mahasiswa M. Nur Wicaksono, Indah Dwi Lestari, dan Marissa Kharisma berhasil meraih juara dalam Lomba Video Pendek Edukasi yang diselenggarakan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).

Dengan mengusung tema “Mindfulness Digital: Sehat Mental dalam Budaya Scroll dan Notifikasi”, tim ini menghadirkan pesan penting tentang perilaku digital masyarakat modern.

Kemenangan tersebut tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menunjukkan kemampuan mahasiswa Umsida dalam memadukan kreativitas, riset ilmiah, dan kepekaan terhadap isu kesehatan mental.

Karya mereka menyoroti fenomena doomscrolling, kebiasaan mengonsumsi informasi negatif secara terus-menerus, yang kini banyak dialami pengguna media sosial.

Motivasi Mengikuti Lomba: Bangkit dari Kekalahan Menuju Kolaborasi

Bagi M. Nur Wicaksono, pengalaman mengikuti lomba serupa tahun sebelumnya menjadi pemicu semangat untuk kembali mencoba.

Ia mengaku bahwa kegagalan sebelumnya tidak membuatnya patah arang. Justru, itu menjadi alasan baginya untuk tampil lebih baik.

“Dulu aku ikut lomba psikoedukasi secara individu dan hasilnya belum sesuai harapan. Pas lihat HIMPSI buka lomba lagi, aku pengen coba lagi tapi kali ini bareng teman-teman biar lebih seru,” ceritanya.

Ia kemudian mengajak Indah Dwi Lestari dan Marissa Kharisma untuk membentuk tim. Kolaborasi inilah yang kemudian membuat proses kreatif menjadi lebih hidup.

Lihat Juga: Pelantikan Hima Psikologi 2025/2026: Langkah Awal Membangun Semangat Baru

Ketiganya sepakat menjadikan lomba ini sebagai wadah pembelajaran, bukan sekadar ajang kompetisi.

Menurut mereka, bekerja dalam tim memungkinkan pertukaran ide, pembagian tugas, dan dukungan moral yang tidak bisa dirasakan saat bekerja sendirian.

“Ternyata malah bisa menang. Jadi motivasiku ya selain pengen nambah pengalaman, juga pengen ngerasain kerja bareng tim dari awal sampai akhir,” tambahnya.

Proses Kreatif: Dari Doomscrolling hingga Pesan Mindfulness Digital

Awal proses kreatif dimulai saat mereka melakukan observasi ringan mengenai isu mental health yang sedang banyak diperbincangkan yaitu Mindfulness Digital.

Dari berbagai sumber, mereka menemukan istilah doomscrolling, perilaku konsumsi konten negatif secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan mental.

Ide itu kemudian dibawa ke diskusi tim. Nur, Indah, dan Marissa sepakat menjadikannya fokus utama video.

Agar tidak hanya mengandalkan opini pribadi, mereka melakukan riset melalui jurnal ilmiah tentang dampak doomscrolling terhadap stres, kecemasan, dan kesehatan mental.

“Setelah cari-cari info, ketemu istilah doomscrolling. Akhirnya kita bahas bertiga dan semua setuju. Lalu kita cari jurnal biar isi videonya berbasis data,” jelas Nur.

Lihat Juga: Musyawarah Koordinator Komisariat IMM Umsida 2025 Kukuhkan Regenerasi Kepemimpinan Baru

Dengan berbekal hasil riset tersebut, mereka menyusun naskah video.

Proses penulisan naskah dilakukan secara kolaboratif Nur membuat draf awal, kemudian Indah dan Marissa memberi masukan.

Setelah naskah matang, mereka langsung memulai proses syuting Mindfulness Digital.

Syuting dilakukan sederhana dan spontan, menyesuaikan lokasi dan peralatan yang tersedia. Bagi mereka, pesan edukatif jauh lebih penting daripada teknik sinematografi yang rumit.

Nur kemudian mengambil peran sebagai editor menggunakan aplikasi CapCut. “Aku belajar ngedit sambil nonton tutorial TikTok,” ujarnya.

Tantangan Produksi dan Semangat Belajar Tim

Meski terlihat sederhana, produksi video ini bukan tanpa tantangan. Yang paling terasa adalah minimnya pengetahuan teknis dalam pengambilan gambar dan editing.

Tidak ada di antara mereka yang memiliki pengalaman profesional dalam videografi. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang.

“Tantangan paling besar tuh karena kita bertiga bener-bener nggak ngerti soal teknik. Jadinya ya modal ‘coba aja dulu’,” tutur Marissa.

Mereka mengandalkan tutorial online, kreativitas spontan, dan diskusi intens agar hasil akhirnya tetap layak dipertontonkan.

Kesulitan teknis tersebut justru menjadi pengalaman belajar baru.

Mereka menyadari bahwa produksi konten edukatif tidak harus selalu sempurna  yang terpenting adalah kejelasan pesan dan kebermanfaatannya bagi penonton.

Lihat Juga: Mahasiswa Psikologi Umsida 2025 Gelar Baksos di Panti Asuhan Nurul Fath

Melalui video berjudul “Mindfulness Digital: Sehat Mental dalam Budaya Scroll dan Notifikasi”, tim ini berharap masyarakat, terutama generasi muda, semakin peka terhadap perilaku digital yang tidak sehat.

Doomscrolling, menurut mereka, adalah kebiasaan yang jarang disadari tetapi berdampak besar terhadap kesehatan mental.

“Harapanku, setelah nonton video ini, orang bisa mulai ngatur waktu online-nya, tahu kapan harus berhenti, dan lebih mindful sama diri sendiri,” ujar Indah.

Kemenangan ini menjadi bukti bahwa mahasiswa Umsida mampu berkontribusi dalam kampanye edukasi psikologi melalui cara kreatif.

Tim berharap karya mereka dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menggunakan media sosial secara sehat dan seimbang.

Penulis: Nabila Wulyandini