psikologi.umsida.ac.id — Kabar membanggakan datang dari salah satu mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Mahasiswa bernama Dhia Kesuma Qatrunnada R. berhasil meraih Juara 2 Nasional dalam ajang Kejuaraan Tapak Suci Nasional di kategori Seni Tunggal Tangan Kosong Putri yang diselenggarakan di GOR Ken Arok, Malang pada 18-20 Juli 2025. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak hanya mampu berprestasi di bidang akademik, namun juga dalam bidang olahraga dan pengembangan diri.
Perjuangan Mahasiswa Dari Tekanan Mental Hingga Meraih Posisi Kedua
Dhia tampil sebagai salah satu wakil Umsida di kategori tersebut dan berhasil menyita perhatian dewan juri dengan gerakan yang presisi dan penuh makna. Menariknya, ia memperoleh nilai yang sama dengan peraih Juara 1, yakni 9.860 poin, meski akhirnya harus puas berada di posisi kedua karena pertimbangan teknis tertentu dalam sistem penilaian.
Keberhasilan ini tidak datang secara instan. Dhia mengikuti proses Training Center selama hampir satu bulan penuh, dengan jadwal latihan malam hari dari Senin hingga Kamis. Latihan ini dilaksanakan sebagai pengganti ujian akhir semester, karena di kelasnya, penilaian akhir dilakukan dalam bentuk proyek, bukan ujian tulis. “Kami tidak ada ujian tulis, jadi kami manfaatkan malam hari untuk latihan intensif sebagai persiapan lomba,” jelas Dhia.
Menjelang lomba, Dhia sempat mengalami tekanan mental. Empat hari sebelum tampil, ia merasa pesimis karena ternyata harus melalui babak penyisihan terlebih dahulu, sesuatu yang sebelumnya tidak ia perkirakan. “Awalnya saya kira tidak ada penyisihan untuk kategori seni tunggal. Ketika tahu ada penyisihan, saya sempat down,” katanya. Tak hanya itu, ia dan rekan-rekannya sempat mengira jadwal tampilnya adalah Sabtu malam. “Kami sudah siap makeup dan berangkat ke GOR, tapi ternyata jadwal tampilnya Minggu pagi. Akhirnya kami kembali ke penginapan untuk istirahat,” kisahnya.
Meskipun begitu, Dhia tetap tampil maksimal di hari H dan menunjukkan performa terbaiknya. Ia percaya bahwa pencapaiannya saat ini adalah bentuk kasih sayang Allah agar ia terus semangat dan tidak mudah puas. “Mungkin Allah ingin saya belajar lebih banyak agar bisa menjadi juara 1 di kesempatan berikutnya. Ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan prestasi yang lebih besar,” ujarnya optimis.
Prestasi untuk Kampus, Motivasi untuk Diri Sendiri
Pencapaian Dhia menjadi bagian dari keberhasilan besar kontingen Tapak Suci Umsida yang berhasil meraih Juara Umum 3 Nasional, dengan total 6 medali emas, 6 perak, dan 4 perunggu. Keberhasilan ini mendapat sambutan hangat dari pihak kampus, khususnya Kemahasiswaan yang sejak awal memberikan dukungan penuh baik secara materiil maupun logistik. “Alhamdulillah pihak kampus sangat mendukung. Transportasi difasilitasi, kebutuhan latihan dibantu, dan saya juga mendapat banyak semangat dari dosen, teman-teman, dan keluarga,” ucap Dhia.
Ke depan, Dhia sudah menetapkan target baru. Ia ingin mengikuti kategori Seni Tunggal Bersenjata, serta mencoba Seni Ganda dan Beregu jika ada kesempatan. Selain itu, ia ingin menjajal berbagai kejuaraan prestasi di kota-kota lain. “Saya ingin terus berkembang, dan berharap bisa membawa nama Umsida ke lebih banyak ajang nasional bahkan internasional. Mohon doanya,” tuturnya.
Tapak Suci: Olahraga yang Mengembangkan Karakter
Bagi Dhia, mengikuti Organisasi Otonom (Ortom) seperti Tapak Suci bukan hanya tentang prestasi semata. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi wadah penting untuk mengembangkan karakter, menjaga kesehatan, dan membentuk kedisiplinan. “Di sela-sela kehidupan kuliah, kita butuh kegiatan lain yang positif. Dengan aktif di Tapak Suci, saya jadi lebih rutin olahraga. Fisik tidak mudah lelah, daya tahan tubuh meningkat, dan mental juga jadi lebih kuat,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya bela diri, khususnya bagi perempuan. Menurutnya, di era sekarang, kemampuan membela diri bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. “Bela diri sangat penting untuk perlindungan diri, terutama bagi perempuan. Tapak Suci memberi saya kepercayaan diri dan ketangguhan yang saya butuhkan di luar dunia akademik,” tambahnya.
Sebagai pesan penutup, Dhia mengajak mahasiswa lain untuk aktif mencari pengalaman di luar kelas. “Mari jadi mahasiswa berprestasi. Jangan takut mencoba hal baru. Cari pengalaman sebanyak mungkin, karena semua itu akan menaikkan value diri. Percaya pada proses, dan insyaAllah buahnya akan manis di kemudian hari,” pungkasnya.
Penulis : Nabila Wulyandini
Editor : Mutafarida