psikologi

Self-Love Dari Sudut Pandang Psikologi: Seni Menerima Diri Sendiri dan Menjaga Kesehatan Mental

psikologi.umsida.ac.id — Dalam beberapa tahun terakhir, istilah self-love semakin akrab terdengar di berbagai media sosial. Dari kutipan motivasi di Instagram, konten TikTok, hingga kampanye kesehatan mental yang digaungkan oleh berbagai tokoh publik. Mencintai diri sendiri kini menjadi tren yang terus naik daun. Namun di balik viralnya istilah tersebut, muncul pertanyaan penting: apakah self-love hanyalah tren sesaat, atau justru kebutuhan psikologis yang esensial?

Dalam kacamata psikologi, self-love adalah fondasi dari kesehatan mental yang baik. Bagi banyak orang, terutama generasi muda, konsep self-love menjadi titik balik dari tekanan sosial dan standar kesempurnaan yang tidak realistis. Masyarakat kini mulai menyadari bahwa kesehatan mental tidak kalah penting dari kesehatan fisik. Dan dalam banyak kasus, mencintai diri sendiri adalah langkah awal untuk pemulihan, baik dari burnout, kecemasan, maupun depresi.

Trend Self-Love dan Pentingnya bagi Kesehatan Mental

psikologi

Belakangan ini, konsep self-love atau mencintai diri sendiri semakin populer dan menjadi tren di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Self-love bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan sebuah proses penting dalam merawat kesehatan mental. Menurut Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Sulawesi Utara, Hanna Monareh, self-love adalah bagian dari proses merawat kesehatan mental yang berdampak positif pada kualitas hidup seseorang.

Lihat Juga: Pelukan Sebagai Solusi Psikologis untuk Redakan Stres dengan Mudah!

Di tengah tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi, self-love membantu individu menerima diri apa adanya, menghargai kelebihan dan kekurangan, serta membangun rasa percaya diri yang sehat. Self-love juga berperan sebagai fondasi untuk kesehatan mental yang kuat. Mereka yang mampu mencintai diri sendiri cenderung lebih mudah beradaptasi menghadapi stres, depresi, dan kecemasan. Dengan self-love, seseorang dapat mengatur batasan dalam hubungan sosial, menjaga kesehatan fisik melalui pola hidup sehat, dan berbicara dengan lembut pada diri sendiri. Hal ini menegaskan bahwa self-love bukanlah tindakan egois, melainkan sebuah kebutuhan psikologis yang membantu seseorang untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Psikologi Self-Love Bukanlah Egois, Melainkan Keseimbangan

psikologi

Seringkali, self-love disalahartikan sebagai egoisme yang berpusat pada kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Padahal, dalam psikologi, self-love berbeda dengan egoisme. Self-love adalah apresiasi dan penerimaan terhadap diri sendiri yang dinamis, meliputi tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual seseorang. Dalam beberapa artikel ilmiah menjelaskan bahwa self-love memungkinkan individu untuk lebih peduli dan mendengarkan orang lain karena mereka merasa cukup dan nyaman dengan diri sendiri.

Self-love juga berarti menerima ketidaksempurnaan diri dan belajar dari pengalaman tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi sosial. Dengan mencintai diri sendiri, seseorang mampu mengatasi rasa bersalah atau takut meminta waktu untuk diri sendiri, yang sangat penting dalam menjaga kesehatan mental dan emosional. Self-love yang sehat adalah keseimbangan antara kedua aspek tersebut, di mana seseorang mencintai dirinya tanpa kehilangan empati dan hubungan sosial yang harmonis.

Asiknya Belajar Psikologi untuk Memahami dan Menerapkan Self-Love

psikologi

Mempelajari psikologi membuka wawasan tentang bagaimana self-love bekerja dan mengapa hal ini sangat penting untuk kesehatan mental. Psikologi klinis, misalnya, memberikan pemahaman mendalam tentang proses mencintai diri sendiri sebagai bagian dari perawatan kesehatan mental yang holistik. Dengan belajar psikologi, seseorang dapat mengenali tanda-tanda stres, kecemasan, dan gangguan mental lainnya, serta mengetahui cara-cara praktis untuk membangun self-love yang sehat.

Selain itu, psikologi mengajarkan pentingnya self-care sebagai pelengkap self-love, yakni perawatan fisik dan mental yang mendukung penerimaan diri secara utuh. Melalui pemahaman psikologi, kita dapat mengembangkan kebiasaan positif seperti mengatur batasan dalam hubungan sosial, menjaga pola hidup sehat, dan berbicara dengan lembut kepada diri sendiri, yang mana semua ini berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan emosional.

Lihat Juga: Psikologi Warna: Pengaruh Warna terhadap Mood dan Produktivitas

Belajar psikologi tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga menginspirasi untuk berbagi pengetahuan tentang self-love kepada orang lain. Dengan demikian, self-love dapat menjadi gerakan kolektif yang memperkuat kesehatan mental masyarakat secara luas, mengurangi stigma terhadap masalah psikologis, dan menciptakan lingkungan sosial yang lebih suportif dan empatik.

Self-love bukanlah egoisme, melainkan sebuah proses psikologis yang esensial untuk kesehatan mental dan kualitas hidup yang lebih baik. Tren self-love yang berkembang saat ini mengajarkan kita untuk menerima diri sendiri, menjaga keseimbangan emosional, dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Dengan belajar psikologi, kita dapat memahami konsep ini lebih dalam dan menerapkannya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan self-love sebagai fondasi kebahagiaan dan kesejahteraan mental.

 

Penulis : Nuris Shofa UsaiFani

Editor: Mutafarida