psikologi.umsida.ac.id — Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti MPsi Psikolog, dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FPIP Umsida), bersama rekannya, membuktikan bahwa sense of community (SoC) atau rasa kebersamaan dalam komunitas memiliki peran penting dalam meningkatkan wellness atau kesejahteraan mahasiswa. Studi ini melibatkan 66 mahasiswa Umsida dan menemukan adanya hubungan yang signifikan antara SoC dengan kondisi sejahtera mahasiswa.
Komunitas Sebagai Sumber Daya Psikologis
Kesehatan mental mahasiswa saat ini menjadi isu penting dalam dunia pendidikan tinggi. Mahasiswa tidak hanya menghadapi tekanan akademik, tetapi juga tuntutan sosial, finansial, hingga rencana masa depan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa rentan mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi. Kondisi ini berpotensi menurunkan prestasi akademik dan meningkatkan risiko putus kuliah.
Dalam konteks inilah, sense of community hadir sebagai faktor pelindung. SoC didefinisikan sebagai perasaan keterikatan, makna, dan keyakinan bahwa kebutuhan seseorang dapat terpenuhi melalui kebersamaan dengan kelompok. Mahasiswa yang merasa menjadi bagian dari komunitas cenderung lebih mudah berinteraksi, mendapatkan dukungan sosial, dan mengatasi tekanan akademik.
Menurut Widyastuti, komunitas kampus seperti organisasi mahasiswa, unit kegiatan, maupun kelompok belajar bisa menjadi sarana penting untuk menumbuhkan SoC. “Mahasiswa yang memiliki ikatan kuat dengan komunitas akan lebih mampu bertahan menghadapi tantangan dan menjaga kesehatan mentalnya,” jelasnya.
Metode Penelitian dan Temuan Utama Implementasi Sense of Community
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik korelasi Pearson. Subjek penelitian adalah mahasiswa aktif tahun akademik 2017/2018. Data dikumpulkan menggunakan Wellness Evaluation of Lifestyle (WEL) untuk mengukur kesejahteraan, serta Skala Sense of Community untuk mengukur keterikatan komunitas.
Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,573 dengan signifikansi 0,000. Artinya, terdapat hubungan positif yang kuat antara SoC dan wellness mahasiswa Umsida.
Mahasiswa yang aktif dalam komunitas terbukti lebih sejahtera dibanding mereka yang kurang terlibat. Keterlibatan ini tidak hanya menciptakan rasa memiliki, tetapi juga menjadi sumber dukungan emosional dan sosial. Dengan adanya relasi sosial yang sehat, mahasiswa merasa lebih dihargai, diterima, dan memiliki tempat untuk berbagi pengalaman.
Lebih jauh, penelitian ini juga menemukan bahwa interaksi sosial yang rutin dapat mengurangi risiko isolasi dan stres. Mahasiswa yang merasa terhubung dengan komunitas lebih percaya diri, lebih mampu mengatur emosi, serta lebih bersemangat dalam menjalani perkuliahan.
Implikasi Bagi Kesehatan Mental Mahasiswa
Penelitian ini menegaskan bahwa universitas memiliki peran strategis dalam mendorong terbentuknya sense of community di kalangan mahasiswa. Kegiatan kelompok, baik akademik maupun non-akademik, perlu didukung sebagai sarana memperkuat ikatan sosial.
“Mahasiswa dengan sense of community yang tinggi cenderung memiliki kondisi wellness yang lebih baik. Mereka lebih bahagia, lebih produktif, dan lebih siap menghadapi tantangan akademik maupun kehidupan,” ungkap Widyastuti.
Implikasi dari temuan ini adalah perlunya penguatan program-program kemahasiswaan yang mendorong interaksi sosial positif. Unit kegiatan mahasiswa, organisasi kampus, hingga kegiatan keagamaan dapat menjadi wadah efektif. Selain itu, universitas juga diharapkan memberikan perhatian pada mahasiswa yang cenderung menarik diri atau mengalami kesulitan dalam bersosialisasi.
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan mahasiswa Umsida dapat lebih menyadari pentingnya keterlibatan dalam komunitas. Kesejahteraan mental bukan hanya ditentukan oleh faktor individu, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh dukungan sosial dari lingkungan sekitar.
Penulis: Mutafarida