psikologi.umsida.ac.id – Sebuah penelitian terbaru dari dosen program Studi Psikologi fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengungkapkan bagaimana kesejahteraan psikologis orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan mereka. Studi ini memberikan wawasan baru terkait upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung orangtua dalam menjalani peran penting mereka.
Apa yang Mendorong Penelitian Ini?
Penelitian ini bertujuan memahami kondisi kesejahteraan psikologis orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan bersekolah di sekolah luar biasa (SLB). Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai 1,6 juta anak pada tahun 2017. Angka tersebut menimbulkan tantangan besar bagi orangtua dalam memberikan pengasuhan yang optimal, terutama ketika menghadapi stigma sosial dan tekanan finansial.
“Dalam beberapa kasus, orangtua menghadapi fase penolakan terhadap kondisi anak mereka. Hal ini tentu memengaruhi kemampuan mereka untuk menerima dan mendukung anak dengan sepenuhnya,” ungkap tim peneliti.
Bagaimana Penelitian Dilakukan?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan dua partisipan, yakni ibu dari anak-anak berkebutuhan khusus. Penelitian difokuskan pada enam aspek kesejahteraan psikologis menurut Ryff, yaitu otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif dengan orang lain, penerimaan diri, dan tujuan hidup.
“Pendekatan ini membantu kami untuk lebih memahami tantangan dan strategi yang digunakan oleh orangtua dalam mendukung perkembangan anak mereka,” jelas peneliti.
Temuan Utama: Kesejahteraan Psikologis Orangtua
Hasil wawancara menunjukkan bahwa orangtua memiliki berbagai cara untuk mengelola kesejahteraan psikologis mereka:
- Penerimaan Diri: Kedua partisipan menunjukkan kemampuan menerima kondisi anak mereka meskipun membutuhkan waktu yang tidak singkat. “Saya butuh beberapa tahun untuk benar-benar menerima keadaan anak saya,” ujar salah satu partisipan.
- Hubungan Positif: Interaksi dengan terapis dan sesama orangtua menjadi salah satu cara mereka memperoleh dukungan emosional. “Saya sering berbicara dengan orangtua lain untuk mencari inspirasi bagaimana mendidik anak saya,” kata seorang ibu.
- Tujuan Hidup: Orangtua menunjukkan semangat untuk terus bekerja dan memastikan anak-anak mereka memiliki masa depan yang layak. Salah satu partisipan bahkan menjual beberapa aset keluarga untuk membiayai kebutuhan anaknya.
Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa kondisi finansial menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi kesejahteraan psikologis. Orangtua sering kali merasa tertekan karena beban biaya yang tinggi untuk terapi dan pendidikan khusus.
Apa Implikasinya bagi Dukungan Orangtua ABK?
Penelitian ini menyimpulkan bahwa mendukung kesejahteraan psikologis orangtua adalah langkah penting dalam memastikan anak berkebutuhan khusus mendapatkan pengasuhan yang optimal. Institusi pendidikan seperti SLB diharapkan dapat memberikan program pendampingan khusus bagi orangtua untuk membantu mereka mengelola stres dan meningkatkan kapasitas pengasuhan.
“Komunitas dan pemerintah juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan, baik secara finansial maupun emosional, untuk orangtua ABK,” tambah peneliti.
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif tentang tantangan dan strategi yang dihadapi oleh orangtua anak berkebutuhan khusus. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi program intervensi yang lebih efektif dalam mendukung keluarga dengan anak berkebutuhan khusus.
Penulis: Mutafarida