psikologi.umsida.ac.id — Attachment style atau gaya keterikatan merupakan konsep psikologi yang menjelaskan bagaimana individu membangun hubungan emosional dengan orang lain.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog John Bowlby dan Mary Ainsworth, dan kini menjadi bagian penting dalam memahami perilaku manusia dalam berbagai hubungan, baik keluarga, teman, maupun pasangan.
Mengetahui attachment style bisa membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain lebih baik, serta membangun hubungan yang sehat dan harmonis.
Lihat Juga: Meningkatnya Kasus Burnout: Tantangan Kesehatan Mental di Dunia Kerja
Sebelum masuk ke pembahasan lebih mendalam, penting untuk mengetahui bahwa attachment style terbentuk sejak masa kanak-kanak melalui interaksi dengan orang tua atau pengasuh utama. Pengalaman masa kecil ini akan memengaruhi cara kita membangun kedekatan, mengelola emosi, dan merespons kebutuhan orang lain.
Jenis-Jenis Attachment Style
Attachment style dibagi menjadi empat jenis utama: secure, anxious, avoidant, dan disorganized.
-
Secure Attachment
Orang dengan gaya keterikatan aman (secure) merasa nyaman dengan kedekatan emosional dan percaya diri dalam menjalin hubungan. Mereka biasanya mampu mengekspresikan perasaan dengan jelas dan menghargai perasaan orang lain. Individu ini cenderung memiliki hubungan yang stabil dan harmonis. -
Anxious Attachment
Gaya keterikatan cemas (anxious) membuat seseorang sering merasa khawatir akan ditinggalkan atau tidak dicintai. Mereka cenderung membutuhkan banyak perhatian dan validasi dari orang lain, serta mudah cemas ketika merasa jarak emosional muncul. -
Avoidant Attachment
Individu dengan gaya menghindar (avoidant) cenderung menjauh dari kedekatan emosional dan menghindari keterikatan yang terlalu intim. Mereka menghargai kemandirian, namun terkadang kesulitan dalam mengekspresikan emosi dan membangun kepercayaan. -
Disorganized Attachment
Gaya keterikatan disorganisasi (disorganized) merupakan kombinasi dari cemas dan menghindar. Orang dengan gaya ini sering mengalami kebingungan dalam menghadapi hubungan, sekaligus memiliki ketakutan terhadap kedekatan. Gaya ini sering muncul akibat pengalaman trauma atau pola asuh yang tidak konsisten.
Mengetahui jenis attachment style kita sendiri maupun orang lain bisa menjadi kunci dalam membangun komunikasi yang sehat, memahami reaksi emosional, dan memperbaiki pola hubungan yang kurang efektif.
Dampak Attachment Style dalam Kehidupan Sehari-hari
Attachment style tidak hanya berlaku di masa kanak-kanak, tetapi juga berdampak pada kehidupan remaja dan dewasa. Gaya keterikatan dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dalam hubungan persahabatan, percintaan, hingga lingkungan kerja.
Misalnya, individu dengan secure attachment biasanya lebih mudah membentuk jaringan sosial yang sehat dan menyelesaikan konflik secara efektif. Sebaliknya, mereka yang memiliki anxious attachment cenderung rentan terhadap konflik karena sering menuntut perhatian lebih dan sulit mengelola kecemasan.
Lihat Juga: Stigma terhadap Konseling Psikologis Masih Jadi Tantangan di Kalangan Mahasiswa
Sementara, orang dengan avoidant attachment mungkin terlihat mandiri, tetapi kadang kesulitan dalam membangun kedekatan emosional yang mendalam.
Selain itu, pemahaman tentang attachment style juga bermanfaat bagi orang tua dan pendidik. Dengan mengetahui gaya keterikatan anak, mereka bisa menyesuaikan pendekatan pengasuhan atau pembelajaran agar lebih efektif.
Hal ini sekaligus membantu anak mengembangkan keterampilan sosial, empati, dan regulasi emosi yang lebih baik.
Cara Mengenali dan Mengelola Attachment Style
Mengenali attachment style bisa dilakukan melalui refleksi diri dan pengamatan pola hubungan dengan orang terdekat. Tanda-tanda tertentu, seperti cara mengekspresikan emosi, respons terhadap konflik, dan cara meminta dukungan, bisa menjadi indikator attachment style yang dimiliki.
Untuk mengelola attachment style, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan:
-
Refleksi diri: Memahami pola reaksi emosional sendiri dalam hubungan.
-
Komunikasi terbuka: Menyampaikan kebutuhan dan perasaan dengan jelas.
-
Mengembangkan empati: Memahami perspektif orang lain dalam interaksi sosial.
-
Konsultasi psikologis: Bagi yang merasa pola attachment menghambat hubungan, profesional psikologi dapat memberikan panduan.
Dengan pengelolaan yang tepat, setiap individu berpeluang untuk membentuk hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan memuaskan.
Lihat Juga: Anak Suka Mendiagnosis Diri Sendiri? Kenali Tren Baru yang Perlu Diwaspadai Orang Tua
Memahami attachment style bukan hanya soal psikologi, tetapi juga kunci untuk meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, membangun kepercayaan, dan mencapai kebahagiaan emosional.
Penulis: Mutafarida


